Penatalaksanaan Nyeri Pasca Operasi
Nyeri Pasca Operasi (NPO) adalah suatu reaksi kompleks tubuh terhadap kerusakan jaringan (mulai dari sayatan kulit hingga kerusakan yang ditimbulkan proses operasi), tarikan atau regangan pada organ dalam tubuh, maupun penyakitnya (misal kanker, gangguan tulang belakang, dll). Keluhan yang timbul merupakan gabungan respons fisik, emosi maupun otonom, bagi pasien seringkali merupakan sesuatu yang paling dikhawatirkan bila akan menjalani suatu operasi.
Seiring dengan kemajuan teknik operasi dan anestesi, hal ini mendapat perhatian yang serius bagi para dokter yang menangani pasien di kamar operasi. Saat ini dikembangkan berbagai teknik bedah dan anestesi untuk mengurangi NPO. Teknik bedah yang dikembangkan meliputi teknik minimal invasive seperti laparoskopi, dengan sayatan yang kecil sehingga nyeri pasca operasi sangat berkurang. Teknik anestesi juga berkembang pesat tidak hanya berupa obat infus, namun berbagai teknik blok saraf digunakan untuk mengatasi NPO. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa NPO menyebabkan berbagai reaksi yang merugikan bagi tubuh, seperti misalnya : gangguan irama jantung, peningkatan tekanan darah dan laju nadi dimana pada beberapa pasien hal ini bisa menimbulkan efek yang merugikan, peningkatan kebutuhan insulin pada pasien diabetes, gangguan metabolism protein, gangguan pernafasan, mual muntah, dll. Oleh sebab itu, JCI menetapkan nyeri sebagai salah satu tanda vital pasien yang harus dipantau selain tekanan darah, laju nadi, laju nafas, suhu tubuh dan kesadaran.
Penatalaksanaan Nyeri bisa diberikan dengan berbagai cara :
- Obat-obat golongan opiate (misalnya morfin, pethidin, fentanyl). Merupakan terapi utama untuk nyeri sedang-berat pasca operasi. Efek analgesia (anti nyeri) didapat dengan cara menghambat respons otak terhadap stimulus nyeri. Obat golongan ini bisa diberikan via jalur pembuluh darah, obat minum, suntikan di otot, via jalur epidural. Efek samping obat-obatan golongan ini adalah mual muntah, gangguan pernafasan, pusing, ngantuk, konstipasi, gatal-gatal. Efek samping bisa dikurangi dengan cara mengurangi dosis dengan mengkombinasikan dengan obat-obatan jenis lain, merubah rute pemberian, kombinasi dengan blok saraf tepi, dll
- Obat-obat golongan non opiate (misalnya parasetamol, golongan NSAID). Merupakan obat untuk menangani nyeri ringan – sedang pasca operasi. Mekanisme kerja utama adalah dengan menghambat prostaglandin, suatu zat yang berperan dalam timbulnya nyeri. Efek samping berupa nyeri ulu hati, tukak lambung, gangguan perdarahan, reaksi alergi, asma, gangguan ginjal, dll.
- Blokade neuroaksial (misalnya blok spinal, epidural, paravertebral, caudal). Dengan teknik ini obat-obatan anestesi lokal disuntikkan di rongga spinal atau epidural sepanjang tulang belakang dengan cara penyuntikan langsung atau menggunakan kateter kecil. NPO biasanya bisa diatasi, namun pada periode waktu tertentu, nyeri bisa terasa. Hal ini terjadi karena terdapat variasi efek blokade obat anestesi lokal pada masing masing individu. Biasanya dokter anestesi sudah menyiapkan obat “rescue” sebagai antisipasi.
- Patient controlled analgesia. Pasien dapat mengontrol pemberian obat obatan tersebut di atas sesuai kebutuhan dengan alat khusus. Bisa diberikan via pembuluh darah atau disambung ke kateter epidural. Dosis obat sudah ditetapkan berdasarkan kebutuhan dengan memperhitungkan efek samping yang mungkin timbul. Bila dosis obat sudah maksimal, pasien hanya akan menerima placebo (cairan kosong).
- Blok saraf tepi. Sering digunakan sebagai kombinasi untuk mengurangi dosis obat-obatan opiate atau non opiate. Transmisi saraf diblok dengan cara menyumbat lorong natrium sehingga depolarisasi yang diperlukan untuk transmisi saraf tidak terjadi. Teknik ini memerlukan alat khusus yaitu USG dan neurostimulator untuk hasil yang optimal. Kerugiannya, obat anestesi local efeknya tidak lama, sehingga perlu ditambahkan lagi. Saat ini dikembangkan teknik penempatan kateter pada blok saraf tepi sehingga penambahan dapat diberikan tanpa harus mengulangi prosedur dengan USG dan neurostimulator.
- Transkutaneus dan Perkutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS). Alat ini bisa mengurangi NPO dengan cara perangsangan elektrik pada daerah operasi dengan kekuatan mulai 100-200 mA dengan frekwensi 2-100 Hz. Stimulasi ini melepaskan endorphin. Namun terdapat variabilitas yang cukup tinggi antar pasien, sehingga biasanya diperlukan teknik lain terutama untuk nyeri sedang-berat.Teknik penghangatan, pemijatan, tusuk jarum dapat mengurangi NPO dengan mekanisme kerja yang hampir mirip.
- Intervensi psikologis. Cara ini telah digunakan secara luas pada nyeri kronik. Biasanya digunakan hipnoterapi, teknik pengalihan (distraksi), edukasi pasien tentang nyerinya, menghilangkan kecemasan dan ketakutan, teknik relaksasi dan pernafasan.
Sebagai kesimpulan, nyeri pasca operasi merupakan pengalaman tidak menyenangkan dan saat ini telah berkembang berbagai teknik untuk mengatasinya. Walaupun sangat diperlukan, obat obatan penghilang nyeri memiliki efek samping dari ringan sampai berat, sehingga penggunaannya harus dipertimbangkan dengan cermat, berdasarkan usia, bentuk tubuh, lokasi operasi, penyakit penyerta, dan kemampuan rumah sakit beserta keterampilan penyelia kesehatannya.
(dr. Dewi Kusumawati, Sp.An., KIC)